Cuti Hamil yang Lama Untungkan Kaum Lelaki

Jumat, 10 Desember 2010

Cuti lebih lama pasca melahirkan merugikan emansipasi perempuan, namun menguntungkan si ayah. Demikian ekonom dan publisis Belanda, Heleen Mees, menanggapi rencana Uni Eropa memperpanjang cuti pasca persalinan.

Perempuan Belanda saat ini berhak cuti hamil selama 16 minggu. Sementara seorang ayah mendapatkan libur dua hari untuk membiasakan diri dengan bayi baru.
Parlemen Eropa kini ingin mendesak negara-negara anggota untuk secara signifikan memperpanjang cuti hamil: 20 minggu untuk ibu, dan dua minggu untuk ayah.
Publisis Heleen Mees punya beberapa ide kontroversial tentang emansipasi dan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. Menurutnya, seorang ibu tidak perlu cuti lebih lama. Dalam banyak kasus, 16 minggu sudah cukup, kata Heleen. Dan untuk alasan medis, selalu bisa dibuat pengecualian.
Lebih lama di rumah – dan dengan demikian juga otomatis lebih lama tidak bekerja – akan merugikan si ibu. Secara keseluruhan, perpanjangan cuti merugikan emansipasi perempuan.
Tapi untuk si ayah, cuti lebih lama justru menguntungkan. Menurut Heleen, cuti bagi laki-laki bisa diperpanjang hingga empat minggu.
“Yang dalam enam bulan pertama secara intensif mengurus bayi akan mengembangkan naluri keibuan. Jika ayah yang melakukannya, otomatis ia akan mengembangkan naluri itu.
Namun kalau cuti hamil hanya diberikan kepada perempuan – yang otomatis juga menanggung tugas mengurus anak – sementara suami bekerja, akan terjadi ketidakseimbangan. Dan itu akan mempengaruhi pilihan perempuan. “Seorang ibu akan selalu merasa lebih bertanggung jawab atas anak ketimbang si ayah.”
Fiksasi perempuan terhadap anak, kata Heleen, adalah bukti bahwa lebih sedikit perempuan menduduki posisi tinggi. Seringkali terlihat si perempuanlah yang pasca melahirkan ingin bekerja paruh waktu, sedangkan si suami sepenuhnya sibuk dengan karier. Heleen ingin melihat perubahan:
“Pada akhirnya, akan jauh lebih baik bagi perempuan di Belanda, Eropa dan di seluruh dunia, jika laki-laki lebih banyak mengurus anak dan perempuan lebih mempedulikan kariernya. Jadi di semua level akan dibuat pilihan yang membawa keuntungan sama bagi perempuan maupun laki-laki.”
Heleen Mees mengkaitkan rencana Uni Eropa dengan argumen untuk menyusui lebih lama anak. Menurut Heleen, omong kosong untuk mendorong seorang ibu memberi ASI. Terutama di negara-negara maju, ASI tidak punya nilai tambah untuk bayi. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya cuti hamil disebutnya “cuti untuk menyusui.”

Artikel yang Berhubungan



0 komentar:

  © Warta Berita Online Indonesia Atrium by Artikel 2008 info terkini info terkini

Back to TOP